Karya KLJ by ALI

judule : mesjid mmmbbengkong…!!!!

judule : Palsu

Judule: Fender

Leave a comment »

Gantung Diri (Fotogram)

DSC_00172

KARYA : BAHRUR “Keset” ROHIM

Leave a comment »

VIEW BACK OF UIN MALIKI

belakang 72

Karya: ALI “KUPRET”

Leave a comment »

SENI KEINDAHAN FOTOGRAFI HITAM PUTIH (1)

Mungkin banyak yang bertanya tanya, apalagi sih yang perlu dipelajari dari Foto B&W ?

Pertama sudah kuno.

Tidak banyak lagi studio yang mau memproses B&W.

Biayanya tidak murah dibanding dengan Foto berwarna, apa lagi jika dibanding dengan foto digital.

Serta prosesnya ribet basah lagi.

Banyak para penggemar foto yang ragu akan keindahan foto B&W karena kurang mendalami dan menjiwai betapa indahnya Karya seni foto B&W, selian itu karena sang pelaku atau fotografer sering timbul keraguan akan keberhasilannya. Karena ketidak berhasilannya dalam merekam Obyek yang benar, intinya tidak tahu persis bagai mana sebenarnya atau sebaiknya memotret Obyek itu. Keraguan memilih data yang akan digunakan untuk memotret obyek.

Foto B&W, yang lahir sejak akir abad 19, oleh meraka yang ingin menyederhanakan tehnik cetak untuk pembuatan surat kabar yang diawali dengan tehnik mencetak Obyek dengan membuat stempel yang benar benar mengukir secara manual, berkembang selanjutnya dengan menyusun abjad dan membubuhi gambar grafis dari hasil ukiran tangan dari Obyek yang dijadikan pokok berita,  berkembang selanjutnya menjadi tehnik grafis secara kimia untuk Obyeknya dan tehnik mekanik otomatis untuk menyusun abjadnya sampai pada akirnya proses mencetak seluruhnya dipercayakan pada tehnik fotografi, semua dari perkembangan tehnologi yang ada pada waktu itu. Dan yang paling baru tehnik cetak menjadi tehnik On line yang dapat dikirim via Satelit dengan menggunakan HP, dan Notebook serta dipersenjatainya para Wartawan oleh sebuah Kamera digital serta diktaphon yang digital dimana yang dulu untuk merekam suara atau komentar harus menggunakan Tape Cassete, yang sekarang ini tape Casset tersebut berubah bentuknya hanya sebesar Flashdisk. Dunia Journalistik yang makin canggih dan praktis, cukup seluruh alat yang mereka butuhkan ada didalam tas sebesar Map. Jadi sekarang kita berada pada jaman Era Informatika, Tapi anehnya, justru Foto B&W kok masih juga banyak penggemarnya. Ini merupakan sebuah fenomena bahwa Seni tidak akan tergusur oleh perkembangan jaman maupun tehnologi.

Foto B&W, membutuhkan penguasaan tehnik yang ditawarkan oleh perkembangan Kamera itu sendiri, serta perkembangan lainnya yang menuntut kita untuk mengetahui dan menguasai Karakter media rekam seperti film serta dibutuhkan keahlian dalam menguasai tehnik cetak mencetak di Kamar gelap. Tanpa menguasai ketiga unsur tadi kita tidak akan dapat menciptakan Karya Seni foto yang dapat kita banggakan. Atau karya Seni foto dan cetak yang Briliant.

Foto B&W, yang perlu kita kuasai selain penguasaannya tehnik pada Kamera adalah;

Pengenalan Obyek itu apa sebenarnya ? [ faktor ekstern ].

OBYEK.

Obyek adalah suatu sasaran pilihan yang menurut kita sasaran tersebut jika kita foto dapat membuahkan karya cipta seni fotografi yang paling Optimal menurut perencanaan kita.

Kita perlu memilih Obyek yang akan kita foto terutama untuk mereka yang ingin mengeksploitasi Obyek secara Optimal sebagai sebuah Karya cipta seni foto yang penuh kesabaran dan ketelitian, Untuk penganut foto jurnalistik “ kesuwen engko ketinggalan momen “. Itu memang benar, jadi kedua aliran ini sangat berlawanan. Tapi keduanya dapat dipersiapkan secara mendasar sama.

Obyek merupakan hasil pilihan yang segala datanya masih buta dan masih liar, setelah kita menginginkan Obyek itu untuk difoto, maka data itu dapat kita lacak dengan menggunakan Lightmeter tangan [ handheld lightmeter ] atau Lightmeter Kamera. Fungsi dan cara kerjanya keduanya sama hanya tehnik pemakaiannya sangat berbeda. Untuk Lightmeter handheld jelas sekali kita dapat arahkan kesegala sektor atau motif obyek yang kita inginkan untuk diukur atau diketahui datanya, serta mobil. Sedangankan Lightmeter yang dibangun dalam Kamera, kepraktisan memang benar hanya keluesan kurang, karena biasanya sang fotografer sudah malas untuk mendekat pada Obyek, dan mereka sangat percaya bahwa Lightmeternya sangat canggih. Maka kesalahan untuk memotret dapat ia tepis, apalagi keraguan akan pilihan data yang direspon oleh LM. Nah inilah yang banyak mengecoh dan menjebak kita atas lahirnya kesalahan yang fatal. Alasannya LM hanya akan mengukur besarnya Intensitas cahaya secara global dan merata ratakan hasil pengindraanya.

Selama kita hanya menebak kekontrasan Obyek, seperti paradigma lama kekontrasnya itu hanya kira kira menurut perasaan dan pengelihatan indra mata tanpa ada satu standart yang yang jelas dan bisa dijadikan patokan. dan selanjutnya biasanya sang Fotografer menggunakan Lightmeter secara simultan ketika Kamera diarahkan pada Obyek, karena saking percayanya bahwa kameranya cukup canggih, maka segala data yang ditunjukan keluar dari respon Kamera dianggap 100% benar, Ini sumber awal dari kesalahan.

Kekontrasan sebuah Obyek tidak bisa hanya ditebak, kita harus mengetahuinya secara eksak dan benar dengan cara menggunakan Lightmeter baik itu Handheld atau yang ada dalam Kamera.

Untuk mengukur kekontrasan Obyek kita harus memodifikasi LM yang kita pakai menjadi LM Zona.

Kekontrasan, merupakan perbedaan harga Intensitas cahaya yang dibangun dari motif Obyek bayangan [ bertextur, atau texturnya masih dapat kita kenali ] hingga harga Intensitas cahaya dari motif Obyek terang [ bertextur, atau texturnya masih dapat kita kenali ], jadi singkatnya harga Intensitas cahaya bayangan hingga Intensitas cahaya terang. Jadi Kekontrasan merupakan sebuah besaran yang linear.

Cara mengukurnya demikian;

Arahkan LM anda kearah motif bayangan, untuk LM handheld langsung kita dekatkan pada motif Obyek pilihan kita, untuk yang LM nya ada didalam Kamera mau tidak mau juga demikian kita harus mendekatkan Kamera kita pada motif Obyek.

Kalau LM Handheld setelah kita On kan kita dapat membaca langsung reaksi LM terhadap Obyek, juga yang ada pada Kamera. Dengan kebiasaan kita LM Kamera harus kita setimbangkan LED nya menjadi O atau LED hijau, maka demikian pula LM Handheld, kita harus Enolkan, kecuali untuk LM yang digital tidak perlu.

Setelah LM Handheld atau yang ada di Kamera sudah kita posisikan di O, maka ini artinya LM telah melacak Motif Obyek arahan sebagai Obyek yang Zona nya ada ditengah tengah [ tentang Zona kita terangkan dibawah ] atau LM menganggapnya sebagai Obyek tengahan. Tapi tolong diingat ingat ! kan kita ingin melacak motif Obyek bayangan bukan Obyek tengahan ? inilah kesalahan membaca pertama kali yang kita kenal. Caranya bagai mana, untuk supaya cara kita melacak membuahkan data LM secara benar [ ikuti saja dulu nanti akan lebih jelas setelah anda mengenal tentang Zona ]

Secara Intuisi bahwa data LM tidak menunjukan data yang benar yang kita inginkan. Supaya LM memberikan data yang benar kita harus menyetel atau menggeser kedudukan O menjadi kedudukan di – 2 stop. Diposisi inilah yang sebenarnya posisi yang dimiliki oleh Zona bayangan yaitu Zona III sedangan Zona tengah adalah Zona V menurut susunan deretan Zona NORMAL dan standart. Setelah anda geser posisinya menjadi – 2 stop maka dari posisi perubahan inilah seluruh data motif bayangan anda dapatkan secara Eksak. Pada posisi inilah kombinasi antara data f. dan t. menunjukan data yang benar milik motif bayangan bertextur.

Daro titik Zona III kita belum melakukan pelacakan kekontrasan Obyek, data disini tidak dapat kita pakai untuk data memotret. Kita masih perlu melacak Kekontrasan Obyek terlebih dahulu.

Berawal dari Zona III, sekarang kita mengarahkan LM pada motif Obyek terang bertextur. LM akan bereaksi terutama yang ada pada Kamera, kita amati bagaimana pergerakan LED ? apakah bergerak melebihi LED O [ hijau ] atau tidak ? kalau kamera anda masih semi digital LM nya maka disitu akan ditunjukan sebagai nyala LED yang kita masih belum jelas keberadaannya, tapi kalau menggunakan jarum malah akan jelas pergerakan itu. Dan yang lebih jelas kalau menggunakan LED cair, biasanya ditunjukan segera angka angka hasilnya.

Kalau semi atau yang masih konfensional LM nya kita perlu menghitung berapa stop dari posisi O [ hijau ]. Dari lacakan ini kita mengetahui berapa besar Kekontrasan Obyek.

Kekontrasan Obyek lebih jelas jika saya ganti istilahnya menjadi RENTANG KONTRAS OBYEK, dengan segera asosiasi anda pada harga Kekontrasan Linear. Sebuah besaran linear merupakan sebuah besaran grafis yang panjangnya tertentu menurut hasil penganalisaan kita terhadap Obyek.

Jadi Kekontrasan merupakan ;

Perbedaan yang dimulai dari Motif Obyek bayangan hingga motif Obyek Terang yang besarnya nyata.

Rentang Kontras Obyek mempunyai sebuah harga, dimulai dari posisi Zona III [ lihat data f. di ring f yang ada di Obyektif ] harga f. merupakan data Zona III. Setelah LM anda alihkan ke motif Obyek terang, dan LM merespon dengan gerakan jarum atau perubahan LED, besarnya ini dapat kita lihat dalam bentuk perubahan f. stop. Atau disingkat yang lebih universal lagi, STOP saja. Perubahan stop dari Zona III hingga sampai Zona perjalanan titik akir jarum atau LED [ hijau ].

Rentang Kontras Obyek ini secara grafis bisa kita gantikan dengan susunan Stop yang dimulai dari Zona III. Nah perubahan Stop inilah yang akan menentukan bisa enggaknya Obyek difoto secara OPTIMAL.

Rentang Kontras Obyek ini yang akan menentukan apakah Film sanggup merekamnya secara sempurna [ saya katakan demikian, dapat merekam secara sempurna, karena film mempunyai kemampuan daya rekam ].

Kalau film mempunyai kemampuan daya rekam, maka ini merupakan sifat dasar, yang sering disebutkan sebagai Karakter Film [ Sensitometri film ]. Sifat dasar ini yang harus kita ketahui dan kita kenal [ faktor intern ], kita tidak bisa tidak menepati permintaanya, kalau kita tidak ingin rekaman kita Under atau Over.

Setelah kita tahu besarnya Rentang Kontras Obyek dan perbedaan Stop yang terkandung didalamnya. Sekarang dengan bermodalkan data tersebut, bagaimana cara kita untuk merekamnya kedalam film. Ini merupakan pertanyaan yang sangat bagus seperti pada waktu saya belum mengenal Sistem Pengandalian Zona.

Rentang Kontras Obyek merupakan susunan stop yang terkandung didalamnya, susunan Stop tersebut merupakan sebuah tahapan Stop yang dapat dikonfersikan kedalam susunan tahapan Zona, jadi kalau kita mengetahui Rentang Kontras Obyek = kita mengetahui susunan f. Stop = kita mengetahui susunan t. stop = juga sama kita mengetahui susunan tahapan Zona yang diawali dari Zona III hingga Zona …… sampai dimana digital atau jarum LM menunjuk titik akir lacakannya.

Cukup sampai disini dulu postingannya….Untuk selanjutnya kita akan membahas ZONA… Tunggu yach.. ^_^

Sumber: Materi WORKSHOP  –> FORMAT ITN Malang

Leave a comment »

Tabel Konversi Temperatur Proses Film Hitam-Putih

�18� C �19� C �20� C
�21� C 22� C 24� C� 25� C� 26.5� C�
�5.0� �4.5� �4.0 �3.5 �3.25 �2.5 �* �*
�5.5 �5.0 �4.5 �4.0 �3.75 �3.0 �* �*
�6.0 �5.5 �5 �4.5 �4.0 �3.25 �* �*
�6.5 �6.0 �5.5 �5.0 �4.5 �3.5 �* �*
�7.25 �6.5 �6.0 �5.5 �5.0 �4.0 �3.75 �*
�8.0 �7.25 �6.5 �6.0 �5.25 �4.5 �4.0 �3.5
�8.75 �7.75 �7.0 �6.5 �5.75 �5.0 �4.5 �3.75
�9.25 �8.25 �7.5 �6.75 �6.0 �5.25 �4.75 �4.0
�9.75 �8.75 �8.0 �7.25 �6.5 �5.5 �5.0 �4.25
�10.5 �9.5 �8.5 �7.75 �7.0 �6.0 �5.5 �4.75
�11.25 �10.0 �9.0 �8.0 �7.25 �6.25 �5.75 �5.0
�11.75 �10.5 �9.5 �8.5 �7.75 �6.5 �6.0 �5.25
�12.5 �11.25 �10.0 �9.0 �8.0 �7.0 �6.25 �5.5
�13.0 �11.75 �10.5 �9.5 �8.5 �7.25 �6.5 �5.75
�13.75 �12.25 �11.0 �10.0 �9.0 �7.5 �6.75 �6.0
�14.25 �12.75 �11.5 �10.5 �9.25 �8.0 �7.25 �6.25
�14.75 �13.25 �12.0 �10.75 �9.75 �8.25 �7.5 �6.5
�15.25 �13.75 �12.5 �11.25 �10.0 �8.75 �8.0 �7.0
�16.0 �14.5 �13.0 �11.75 �10.5 �9.0 �8.25 �7.0
�16.75 �15.0 �13.5 �12.0 �11.0 �9.25 �8.5 �7.25
�17.25 �15.5 �14.0 �12.5 �11.25 �9.75 �9.0 �7.5
�17.75 �16.0 �14.5 �13.0 �11.75 �10.0 �9.25 �7.75
�18.5 �16.75 �15.0 �13.5 �12.25 �10.5 �9.5 �8.0
�19.25 �17.25 �15.5 �14.0 �12.75 �10.75 �9.75 �8.25
�19.75 �17.75 �16.0 �14.5 �13.0 �11.0 �10.0 �8.5
�20.5 �18.5 �16.5 �14.75 �13.5 �11.5 �10.25 �8.75
�21.0 �19.0 �17.0 �15.25 �13.75 �11.75 �10.5 �9.0
�21.75 �19.5 �17.5 �15.75 �14.25 �12.0 �10.75 �9.25
�22.25 �20.0 �18.0 �16.25 �14.5 �12.5 �11.25 �9.5
�22.75 �20.5 �18.5 �16.75 �15.0 �12.75 �11.5 �9.75
�23.5 �21.0 �19.0 �17.25 �15.5 �13.25 �12.0 �10.25
�24.25 �21.75 �19.5 �17.5 �16.0 �13.5 �12.25 �10.5
�24.75 �22.25 �20.0 �18.0 �16.25 �13.75 �12.5 �10.75
�25.25 �22.75 �20.5 �18.5 �16.75 �14.25 �12.75 �11.0
�26.0 �23.5 �21.0 �19.0 �17.0 �14.5 �13.0 �11.25
�26.5 �23.75 �21.5 �19.5 �17.5 �15.0 �13.5 �11.5
�27.25 �24.5 �22.0 �19.75 �17.75 �15.25 �17.75 �11.75
�27.75 �25.0 �22.5 �20.25 �18.25 �15.5 �14.0 �12.0
�28.25 �25.5 �23.0 �20.75 �18.75 �16.0 �14.5 �12.5
�28.75 �26.0 �23.5 �21.0 �19.0 �16.25 �14.75 �12.75
�29.75 �26.75 �24.0 �21.75 �19.5 �16.75 �15.0 �13.0
�30.25 �27.25 �24.5 �22.0 �19.75 �17.0 �15.25 �13.25
�30.75 �27.75 �25.0 �22.5 �20.25 �17.25 �15.5 �13.5


Tabel ini digunakan sebagai acuan jika kita ingin menaikan atau menurunkan temperatur yang biasa kita gunakan.

Contoh : Jika kita biasa memproses Film X dengan developer Y pada suhu 20� C selama 8 menit, waktu ini dapat kita konversikan untuk pemrosesan pada temperatur 24� C dengan melihat tabel diatas, akan diperoleh waktu 5.5 menit.

Catatan : waktu proses yang dianjurkan adalah lebih dari 5 menit agar diperoleh hasil yang merata.

Oleh: david hermandy

Sumber : John Placko, Ilford

Leave a comment »

C-41 untuk BW MUDAH MELAKUKANNYA

TIDAK MEMILIKI DARKROOM SENDIRI BERARTI SUSAH UNTUK PENGGUNA FILM MONO. JAWABANNYA ADALAH FILM BLACK & WHITE YANG MENGGUNAKAN C-41 PROCESSING.

Keuntungan terbesar dari film BW C-41 adalah menawarkan proses semudah fil warna. Lab jalanan manapun dapat melakukannya. Jika anda menginginkan hasil yg profesional, film ini juga dapat memberikan itu.

Pertama kita lihat keunggulan2-nya, film-film ini memiliki grain yang sangat kecil untuk kecepatan yang dimiliki. Semuanya adalah ISO 400. Memiliki tonal range yang baik, dan dari pengalaman saya, negatifnya-nya sangat mudah di cetak.

Untuk kekurangannya, karena film ini menggunakan chemical untuk warna maka tidak memiliki flexibilitas dalam proses sebagaimana yang menggunakan silver-based emulsions. Berari kita kehilangan control dalam kecepatan, grain dan contrast. BAgaimanapu, jika anda menyukai film ini, masalah tersebut dapat di tanggulangi dengan scanning dan di edit dalam photoshop.

Film2 yang biasa saya gunakan adalah XP2, kodak portra dan T400CN, serta Konica VX400.

Silahkan mencoba!

Oleh: Novemto Komo

Leave a comment »

Fotogram

Di sini saya ingin berbagi sedikit ilmu mengenai fotogram, yang saya dapatkan dalam mata kuliah fotografi I.

Fotogram adalah suatu bentuk fotografi, seni melukis dengan menggunakan cahaya, tanpa kamera. Dengan teknik fotogram, kita dapat merekam bayangan sebuah benda, objek, dengan memanipulasi sinar sehingga terbentuk bayangan benda diatas sebuah kertas/ bahan baku peka cahaya. Gradasi dari bayangan yang terbentuk bisa bermacam-macam, tergantung dari berapa lama bahan baku peka cahaya itu terekspose oleh cahaya.

Seperti yang saya katakan sebelumnya pada karya up-load fotogram saya yang pertama, proses membuat fotogram sepenuhnya manual dan dikerjakan dalam kamar gelap(dark room) dengan bahan-bahan kimia untuk proses pencetakan foto.
Kamar gelap ini dapat dibuat sendiri, bahkan untuk proses pembuatan fotogram, anda pun bisa memakai ruang mana saja di bagian rumah anda, karena toh kita hanya bereksperimen. Untuk itu saya jelaskan dahulu mengenai bagian kamar gelap.

Sebuah kamar gelap umumnya berupa sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, dengan dinding dicat gelap tanpa jendela, dimaksudkan supaya cahaya tidak dapat masuk dari luar. Agar terjadi pertukaran udara, ruangan tersebut dapat diberi ventilasi dengan exhaust fan atau AC.
Untuk pengaman bahan baku pada waktu bekerja diberi lampu pengaman(merah), sedang untuk pencahayaan umum diberi lampu biasa.

Bagan Kamar Gelap:
1. Enlarger
2. Bak bahan pengembang (developer)
3. Bak bahan penyetop (stop bath)
4. Bak bahan penetap (Fixer)
5. Air kran
6. Alat pengering film dan foto
7. Rak penyimpan bahan baku

Untuk penjelasan kamar gelap saya rasa sudah banyak artikel di majalah atau internet yang membahas, jika ingin lebih jelas bisa mail ke saya. Untuk kamar gelap saya rasa cukup, karena jika terlalu panjang membahas kamar gelap kita malah lupa sama topic utama yaitu Fotogram.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas pengertian fotogram adalah membentuk bayangan benda yang ada di sekitar kita (daun, bulu ayam, sisir, kapas ataupun bentuk-bentuk komik) pada kertas foto.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat fotogram:
1. Larutan kimia/obat foto yang terdiri atas:

  • Cairan pengembang (Developer)>contoh merk: KODAK, ILFORD, SUPERBROM
  • Cairan penyetop (Stop Bath)>cuka dapur 2 atau 3 sendok makan/liter
  • Cairan penetap (Fixer)>KODAFIX, FUJIFIX, maupun ACIFIX

2. Tiga buah bak untuk obat foto
3. Kertas foto
4. Benda-benda yang akan dibentuk bayangannya
5. Untuk penggunaan enlarger dapat digantikan oleh cahaya senter

Cara pembuatan:

  1. Siapkan bahan-bahan yang akan digunakan terlebih dahulu, jangan mengeluarkan kertas foto sebelum mematikan lampu (kertas foto peka terhadap cahaya)
  2. Di dalam kamar gelap, matikan lampu penerang, dan nyalakan lampu pengaman berwarna merah.
  3. Nyalakan enlarger
  4. Atur tinggi kepala enlarger, usahakan agar seluruh luas kertas foto masuk dalam bingkai proyeksi enlarger
  5. Buat foto/test strip jika ingin memakai gradasi warna(BW) dari benda-benda tersebut
  6. Letakkan kertas foto sesuai luas bingkai proyeksi. Atur benda-benda yang akan dibentuk bayangannya diatas kertas foto.
  7. Nyalakan enlarger sesuai waktu yang digunakan pada waktu test strip, apabila hanya ingin membentuk satu bayangan, tidak perlu diulang, hanya sekali pencahayaan.
  8. Setelah itu, masukkan kertas foto tersebut ke cairan kimia foto satu per satu mulai dari developer(hingga warnanya matang/ warna hitam terlihat matang) +- 2 menit, stopbath +-10 detik, dan fixer +- 5-10menit(semakin lama semakin baik, sehingga kertas foto tidak cepat kuning) sesudah itu kertas foto di cuci di air.
  9. Proses pembutan fotogram telah selesai. Anda dapat menyalakan lampu apabila kertas foto disimpan atau ditutup dengan rapat kedap dari cahaya.

Bagi yang tidak memiliki enlarger, dapat menggunakan sinar dari senter, yang diarahkan langsung ke kertas foto, dimana benda yang ingin dibuat bayangannya telah diatur letaknya diatas kertas foto tersebut dan waktu penyinaran dapat diperkirakan sendiri. Sesudah itu proses pencetakan melalui bahan-bahan kimia yang dipergunakan sama seperti diatas.

Apabila ada yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada saya melalui email.

Penulis,
Peny pujiati

Sumber:
Modul Fotografi I
Disusun oleh Sandjaja Siswosumarto, M.Sc
Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Trisakti
Jakarta

Leave a comment »

Membuat Langit Lebih Dramatis, Dengan Blending Mode Multiply Photoshop

Saya akan mencoba menuliskan satu tutorial sederhana, yaitu untuk membuat langit tampak lebih dramatis tanpa membuat FG menjadi gelap dengan menggunakan layer blending MULTIPLY pada Adobe Photoshop.

Berikut ini adalah langkah-langkahnya :

  1. File asli yang akan kita olah6
  2. Selanjutnya kita gandakan (CTRL+J) layer BACKGROUND hingga mendapatkan layer BACKGROUND COPY.7
  3. Lalu pada layer duplikat tersebut kita ubah BLENDING MODE nya menjadi MULTIPLY, maka akan terlihat langit menjadi lebih baik tetapi pada FG akan menjadi gelap dan kehilangan banyak detail.8
  4. Lalu kita pindah ke Channels Pallete, gandakan Channel BLUE.9
  5. Setelah itu lakukan Curves adjustment pada duplikat channel BLUE tersebut dan menaikan kontras sehingga jelas dan tegas perbedaan antara hitam dan putihnya.10
  6. Setelah itu kita klik tombol LOAD AS SELECTION di bawah, lalu pilih channel RGB kembali, bisa ditambahkan feather (SELECT>FEATHER / ALT+CTRL+D) supaya lebih halus gradasi nya.(SELECT>FEATHER / ALT+CTRL+D) supaya lebih halus gradasi nya.11
  7. Setelah itu kita pindah ke LAYERS PALLETE dengan seleksi yang kita dapatkan tadi kita klik tombol ADD LAYER MASK yang ada di bawah, lalu jika pada layer mask masih ada FG yang bocor terkena BLENDING MULTIPLY bisa anda BRUSH dengan warna HITAM.12
  8. Jika hasil blending MULTIPLY kurang membuat langit menjadi dramatis anda dapat menggandakan layer yang kita mask tadi beberapa kali hingga anda suka dengan hasilnya. Pada contoh foto ini saya menggandakan menjadi 3 layer.13
  9. Sampai pada tahap ini langit sudah terlihat lebih indah dan dramatis, tetapi foto masih terlihat FLAT. Maka itu kita tambahkan 1 Layer Adjustment BRIGHTNESS/CONTRAST di mana kita akan mengurangi BRIGHTNESS nya dan menambah CONTRAST nya (Isi parameter sesuai dengan selera dan kondisi file anda), kemudian merge all layer (SHIFT+CTRL+E).14
  10. Pada tahap akhir saya beri UNSHARP MASK untuk menajamkan detail, dan inilah hasil akhirnya :15Note : Langkah² di atas bukanlah harga mati, anda bisa melakukan improvisasi sesuai dengan kondisi foto anda ataupun menambahkan adjustment lain seperti color balance untuk mempercantik tonal foto anda, bahkan anda bisa menemukan metode lain yang lebih baik setelah melakukan trial and error dengan metode ini.

    Demikian tutorial sederhana dari saya, semoga teman-teman semua berkenan.
    Mohon maaf apabila ada kesalahan kata-kata atau ada yang kurang berkenan dengan tutorial yang saya buat ini. Karena saya hanya ingin berbagi apa yang saya dapatkan dari hasil utak-atik photoshop.
    Apabila ada pertanyaan karena kurang jelas dengan langkah-langkah di atas bisa langsung tanya lewat  email melalui ong.andy@gmail.com atau msg ke YM ID saya gilbertong2000
    Terima kasih dan selamat mencoba!

    Andy Ong

Leave a comment »

Foto Pemandangan Hitam-Putih

Oleh Atok Sugiarto
suarapembaruan.com

Fotografi pemandangan alam secara umum selalu ditampilkan dengan penuh warna sehingga mempesona yang melihatnya. Namun demikian sesungguhnya fotografi pemandangan alam tak selalu harus disajikan secara berwarna. Karena sekalipun alam ini penuh dengan warna-warni yang demikian indah, dalam bidang seni keindahan itu bisa berarti hitam putih. Sementara generasi fotografi digital telah muncul, maju dan berkembang, fotografi warna – analog yang menggunakan film juga belum surut. Fotografi hitam putih pun seolah tetap tak mau beringsut pergi dan perlahan hilang. Bahkan kalau boleh dikatakan hingga sampai masa di mana segala sesuatu yang menyangkut keindahan selalu dikait-kaitkan dengan warna, fotografi hitam putih serasa masih banyak diminati. Tak berlebihan pula jika sekiranya memotret pemandangan alam disajikan secara hitam putih. Alasannya tak lain adalah menyangkut seni.

Dengan hitam putih bagi pengguna fotografi analog yang menggunakan film akan terbuka peluang untuk melakukan eksperimen sedalam-dalamnya. Pengguna film hitam putih juga akan sangat merasa mudah mencuci atau memproses film dan mencetaknya sendiri. Namun demikian dalam perkembangan dunia fotografi yang sudah sangat maju sehingga muncul kamera digital juga telah menyediakan menu bagi pemotretan yang ditujukan khusus bagi hitam-putih.

Berbagai kesempatan memang membuktikan bahwa fotografi hitam-putih tak pernah mati. Bahkan dalam perkembangannya fotografi hitam-putih terus diminati pelaku seni fotografi. Menyadari bahwa peminat foto hitam-putih masih sangat banyak, maka kamera digital professional juga memberikan mode hitam-putih pada pilihan penggunaannya.

Belum termasuk dalam penanganan proses kelanjutannya yang menggunakan komputer sebagai kamar gelapnya. Maka perubahan warna dari berwarna ke hitam-putih dapat dilakukan dengan amat mudah. Semua itu tentu tak terlepas dari keinginan produsen kamera untuk tetap mewadahi pengguna foto hitam-putih yang memang masih terasa banyak.

Cahaya

Memotret apa pun pastilah kita menggunakan cahaya sebagai unsur utamanya. Cahaya menerangi subjek dan memberikan rasa kedalaman serta memperkuat penampilan bentuk, selain juga mengungkapkan waktu serta memberikan “kehidupan” dalam gambar. Karena itu jika ingin menampilkan foto pemandangan secara alami, lakukan dengan mengandalkan pencahayaan saat pemotretan pada keadaan cahaya seadanya atau available light. Namun demikian pemotret berkewajiban untuk mempelajari lebih teliti keadaan cahaya yang akan dihadapi khususnya bagi pemotretan hitam-putih, sehingga tidak salah menginterprestasikan sebuah warna dalam hitam-putih.

Foto pemandangan di Indonesia selalu memberi gambaran bahwa matahari selalu beredar dengan jumlah waktu yang tetap. Dari pagi jam 06.00 hingga sore jam 18.00 sehingga menciptakan banyak kemungkinan penampilan cahaya dalam foto. Misalnya untuk menghendaki cahaya redup dan datar, kita dapat memotret pada pagi sebelum matahari terbit.

Cahaya juga memberikan pengaruh pada perasaan sebagai dampak lain dari sifat fisiknya. Hal ini tidak dapat diukur secara teknis, namun kita selalu menafsirkan perbedaan tingkat kecerahan dan kualitas cahaya dengan kesan yang berbeda-beda. Sehingga cahaya lemah bermakna kesan suram, lembut dan gambar tidak dapat tampil dengan ketajaman yang optimal – warna-warna tidak dapat tampil cemerlang dengan kontras yang rendah.

Karena sifat-sifatnya itulah kita sebagai pemotret harus hati-hati memilihnya dan mengendalikan cahaya yang menerangi subjek khususnya pada foto pemandangan yang akan dibuat secara hitam putih. Sehingga mampu menghasilkan foto yang sesuai karakter yang dikehendaki dalam pemotretan.

Peralatan

Tak terlampau sulit untuk mendapatkan foto tentang pemandangan secara hitam putih yang baik. Karena itu agar dapat menangkap dan menghasilkan foto tentang keindahan suatu pemandangan, yang paling praktis disarankan menggunakan kamera SLR (analog maupun digital) 35mm dengan sebuah lensa zoom, wide hingga tele (18-70 mm) atau tele menengah hingga yang panjang (70-210 mm).

Yang perlu dicatat bahwa foto tentang pemandangan itu tidak selalu identik dengan foto yang harus diambil dengan menggunakan lensa sudut lebar untuk menangkap area yang luas saja, melainkan juga bisa dengan lensa tele untuk detail dan sesuatu yang lebih khas. Bedanya, bila menggunakan lensa sudut lebar, pemotret harus bisa memastikan bahwa pemandangan yang akan kita foto memiliki latar depan (foreground) yang menarik seperti bunga-bunga, bebatuan yang artistik, siluet, refleksi atau bayangan pepohonan untuk menciptakan kesan tiga dimensi yang kuat.

Sedang bila menggunakan lensa tele panjang, pemandangan yang akan dipotret bisa menggambarkan secara khas tentang detail suatu objek yang menjadi ciri khas tempat atau daerah itu sehingga menghasilkan foto khas dan menarik karena sentuhan dan sajian yang berbeda.

Menggunakan kamera dengan lensa-lensa yang bisa mencakup berbagai sudut pandang juga belumlah cukup untuk menghasilkan foto tentang pemandangan hitam putih yang baik, karena masih diperlukan kelengkapan seperti misalnya filter polarisasi (PL), neutral density (ND) atau filter merah.

Filter polarisasi (PL) sangat berguna untuk mengurangi refleksi selain lebih sering digunakan untuk menggelapkan langit dan menghitamkan dedaunan, filter merah untuk memperkuat sunset (matahari terbenam) dan sunrise (matahari terbit), filter ND berguna untuk memperkecil perbedaan kekuatan sinar antara langit dengan bagian bawah foto, sehingga keadaannya terekam normal dari segi pencahayaan.

Perlengkapan tripod atau kaki tiga kamera juga sangat diperlukan, terutama untuk memotret pemandangan saat matahari terbenam atau matahari terbit di mana memotretnya harus dilakukan dengan menggunakan kecepatan bukaan rana rendah. Namun demikian jika anda tergolong seseorang yang senang bepergian dengan menggunakan kamera saku, juga tak perlu berkecil hati jika ingin memotret dan merekam keindahan pemandangan yang dilihat. Karena dengan kamera saku – khususnya kamera saku digital juga dapat menghasilkan foto pemandangan hitam putih yang indah dengan mudah.

Fasilitas-fasilitas yang komplit dalam software dapat membantu menciptakan foto-foto pemandangan yang biasa menjadi luar biasa, karena dapat dimanipulasi dengan memanfaatkan fasilitas komputer. Asal mahir mengoperasikan komputer, setidaknya untuk dapat menghasilkan foto pemandangan yang baik dan menarik dengan kamera saku digital sudah bukan persoalan. Bahkan seolah tak perlu menjadi seorang professional untuk dapat menghasilkan foto pemandangan yang baik.

Saran

Namun demikian untuk mendapatkan foto pemandangan hitam putih yang baik ada beberapa saran yang selayaknya jadi pegangan antara lain:

1. Komposisi. Persoalan komposisi harus ditentukan secara hati-hati. Karena itu perhatikan latar depan, latar belakang, perspektif dan horizon, dengan pembagian ruang yang harmonis saat melakukan pemotretan.

2. Cahaya. Cahaya yang baik untuk kebutuhan foto pemandangan adalah cahaya alam sesaat matahari terbit atau sebelum matahari terbenam, hal itu karena bayangan terentang panjang sehingga menjadikan langit tampak bersinar. Karena itu dianjurkan untuk tidak terlalu terburu-buru dalam melakukan pemotretan pemandangan, sebaliknya untuk selalu bersabar menunggu atau menanti cahaya matahari terbaik, sehingga tercapai suatu foto dengan penyinaran yang baik.

3. Karakter. Arah cahaya dari samping yang dihasilkan oleh matahari pagi atau sore menghasilkan tekstur dengan karakter yang khas. Karena itu pilihlah keadaan dengan memadukan objek dan karakteristik yang sesuai dengan kondisi cahaya.

4. Pembingkaian. Lakukan pembingkaian dengan terlebih dahulu mempelajari suatu keadaan sehingga bisa memilih sesuatu apakah itu batang pohon kering, dedaunan, bangunan, bukit untuk memperkuat foto dengan memanfaatkannya sebagai foreground atau latar depan.

5. Diafragma. Sebaiknya gunakan pemakaian diafragma kecil sehingga didapatkan hasil foto dengan ketajaman yang luas – dari latar depan hingga latar belakang tampak tajam semua. Seperti yang juga harus dilakukan jika menggunakan lensa sudut lebar untuk memperbesar jarak antara yang dekat dengan yang jauh.

6. Cakrawala. Biasakan memainkan peran cakrawala dengan menempatkan pada bagian bawah bila ingin menonjolkan bagian atas. Misalnya langit yang luas menawan, cakrawala yang tinggi. Atau menempatkan pada bagian atas bila menonjolkan bagian bawah foto yang menarik sekaligus untuk menerangkan sudut pemotretan dari ketinggian.

7. Imajinasi. Biasakan juga melatih imajinasi dengan tidak terpaku pada aspek realita dari pemandangan yang bebas, bukit, bangunan, pepohonan tapi juga bisa melakukan dan mencari objek-objek yang abstrak, misalnya langit yang terpantul dari kubangan air, garis-garis pagar yang seirama, refleksi sebuah gedung dan lain-lain.

8. Alam. Manfaatkan segala seuatu yang berhubungan dengan alam, seperti keadaan cuaca, angin puyuh, mendung, hujan salju dan sebagainya karena semua itu bisa mempengaruhi emosi yang kuat bagi terciptanya sebuah foto pemandangan yang artistik.

Dengan peralatan memadai dan perencanaan yang baik, memotret pemandangan hitam-putih sesuai yang diperkirakan akan sangat mungkin menjadi kenyataan. Hal itu tentu akan terjawab dan tergambar pada foto bila kita sendiri mencintai pemandangan alam, karena sesungguhnya selalu ada sesuatu yang indah yang dikeluarkan oleh alam.

Leave a comment »

Developing Time

Kodak Tri-X, TMax dev. 1:7, 8 menit @ 24 Celcius
Kodak TMax 400, TMax dev. 1:4, 6 menit @ 24C
Kodak Tmax 400, TMax dev. 1:7, 10 menit @ 24C
Kodak TMax 100, TMax dev 1:4, 6.5 menit @ 24C
Ilfor HP5, TMax dev. 1:7, 7,25 menit @24C
Fuji Neopan SS & Ilford PAN 100, TMax dev. 1:7, 5,5 menit @ 24C

Catatan : semua developing time untuk N process, N-1 tinggal ngurangin waktunya 15% dst
Hasil proses dengan waktu diatas lebih cocok untuk diffuser enlarger, untuk condenser enlarger, sebaiknya waktu dikurangi sekitar 10%

Yang punya pengalaman dengan film lain atau developer yang lain, please ditambahin….. From Disini


Leave a comment »